JAWA BARAT - Kejadian tersebut terjadi Selasa 16 Mei 2023, jam 13.30 WIB di ruang kelas. Diduga siswa laki - laki di sebuah SMA Negeri di Kota Tasikmalaya melakukan kekerasan kepada siswi teman sekelasnya.
Mengutip dari media online, Humas Polres Tasikmalaya Kota Ipda Jajang Kurniawan mengatakan pihaknya telah menerima laporan terkait kasus ini pada Selasa (16/05/2023).
" Pada hari itu juga sekitar jam 21.00 WIB, ibu korban melaporkannya ke Polres Tasikmalaya Kota, " ujar Jajang saat dihubungi, Senin (22/5/2023) "
Baca juga:
R. Kholis Majdi: HTI Tidak Berpolitik!
|
Kemudian melirik akun JoeLiana Sharry menuliskan mengaku heran dengan pihak sekolah yang justru berusaha mendamaikan pelaku dan korban. Dirinya mengaku tak terima dengan keputusan tersebut. Pasalnya JoeLiana Sharry ingin pelaku mendapatkan hukuman setimpal.
Menghubungi Mariza Sulton (Icha) yang selalu merespon kekerasan anak dan perempuan, mengutarakan kegeramannya. Ia juga berharap pihak kepolisian harus mengambil posisi yang tegas, walaupun diduga anak itu anak seorang pejabat.
" Hukum Di Indonesia mengatur hal itu, bagi kaum cowo cobalah untuk bersikap lebih bijak. Saya paham kadang perempuan memiliki watak yang cerewet bikin kesel, tetapi itu cara mereka untuk membela dirinya, " ujarnya melalui sambungan telepon, Selasa (23/05/2023).
Dalam unggahan Instagram @forumwartawanpolri.
Baca juga:
Pura-Pura Budayawan
|
Unggahan tersebut memuat foto korban dengan penjelasan berupa teks. Korban disebut mendapat tiga jahitan dan memar di tiga titik.
Menunjukan link tersebut, Icha sapaan akrabnya mengaku heran, bila ada tiga titik memar artinya si laki - laki tidak hanya memperingati saja si perempuan, tetapi memang sengaja menganiaya.
" kalo sekali saja mungkin emosi tak tertahankan sebab akibat, tetapi kalo bertubi - tubi begitu. (Berhenti bicara) Perempuannya juga wajib diberikan konsul ke Psikiater agar pulih kembali "
Ia juga menyarankan untuk pindah sekolah, sebab ditakutkan akan menimbulkan trauma bagi si anak yang menjadi korban kekerasan itu.
Menanyakan pihak sekolah yang dikatakan mencoba mendamaikan dan mungkin ada rasa takut karena anak pejabat.
" Pihak sekolah jangan bermain politik - politikanlah, berkomitmen menciptakan pendidikan berkualitas melalui perwujudan lingkungan belajar yang aman dan nyaman sudah cukup, " sentilnya. (Ray)